Minggu, 31 Oktober 2010

Alenia

Alenia atau paragraf adalah satuan bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat" (Lamuddin Finoza, 2004:149). "Alenia atau paragraph merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan" (Sabati Akhadiah, Maidar G. Arsjad, Sakura H. Ridwan, 1988 :144). " Alenia tidak lain dari suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau luas dari kalimat… merupakan himpunan dari kalimatyang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan (Gorys Keraf, 1979:62).

Syarat-Syarat Pembentukan Alenia
Kesatuan
Yang dimaksud dengan kesatuan dalam alenia adalah semua kalimat yang membina alenia itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal, suatu tema tertentu. Suatu alenia dikatakan memiliki suatu kesatuan apabila seluruh kalimat dalam alenia hanya membicarakan sati ide pokok, satu topic atau masalah. Semua kalimat terfokus pada topiknya dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan.
Kepaduan atau Koherensi
Yang dimaksud dengan kepanduan atau koherensi adalah adanya kekompakan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk alenia itu. Kepanduan atau koherensi dititik beratkan pada hubungan antara kalimat dengan kalimat.
Untuk memperoleh kepanduan yang baik dan mesra antara kalimat dalam sebuah alenia, perlu diperhatikan persyaratan :
Masalah kebahasaan atau unsure kebahasaan yang digambarkan dengan :
Repetisi atau pengulangan kata kunci
Kata ganti
Kata transisi atau ungkapan penghubung, dan
Paralelisme.
Perincian atau urutan alenia.
Menurut Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan (1988 :152) Ada satu lagi syarat-syarat pembentukan alenia yaitu, Kelengkapan.
Jenis Alenia
Alenia banyak ragamnya. Untuk membedakan alenia yang satu dari alenia yang lain berdasarkan kelompoknya, bagan di bawah ini dapat dijadikan pedoman.
Bagan 1.
Jenis Alenia
Jenis-Alenia menurut Posisi Kalimat Topiknya
Berdasarkan posisi kalimat, alenia dapat dibedakan atas empat macam, yaitu (a) alenia deduktif, (b) alenia induktif, (c) alenia deduktif-induktif, dan (d) alenia penuh kalimat topic.

Alenia Deduktif
"Alenia deduktif yaitu alenia yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan alenia (urutan umum-khusus)" (lamudin Finoza, 2004 : 159).
Contoh Alenia Deduktif.
Diskusi kelompok sangat efektif ditetapkan untuk melatih berbicara. Siswa dapat meredam rasa malu jika mengemukakan pendapat, saran, atau pertanyaan kepada teman kelompoknya. Mereka akan terpancing berbicara untuk melakukan hal itu. Tanpa disadari, mereka melakukan interaksi dalam kelompok dengan topik yang terarah.
Alenia Induktif
"Alenia induktif yaitu alenia yang menganalisa penjelasan terlebih dahulu, barulah diakui dengan pokok pembicaraan (urutan khusus-umum)" (Lamudin finoza, 2004 :159).
Contoh Alenia Induktif.
Ular, buaya, cecak, dan sebagainya termasuk jenis binatang melata. Sebagaimanan jenis binatang lain, binatang-binatang tersebut memerlukan air. Begitu juga tumbuh-tumbuhan, misalnya bunga, kelapa, sawo, dan karet. Manusia juga sangat membutuhkan air. Manusia, tumbuh-tumbuhan, dan binatang sangat memerlukan air. (UAN 2001/2002)
Alenia Deduktif-Induktif
"Bila kalimat pokok ditempatkan pada bagian awal dan akhir alenia, terbentuklah alenia campuran deduktif-induktif". (Lamudin Finoza, 2004:160).
Contoh Alenia Deduktif-Induktif.
Pemerintah menyadari bahwa rakyat indonesia memerlukan rumah muran, sehat dan kuat. Departemen PU sudah lama menyelidikibahan rumah yang murah tetapi kuat. Agaknya bahan perlit yang diperoleh dari batu-batuan gunung berapi sangat menarik perhatian ahli. Bahan ini tahan api dan air. Lagi pula, bahan perlit dapat dicetak menurut keinginan sesorang. Usulan ini menunjukkan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah murah, sehat dan kuat untuk memenuhi kebutuhan rakyat.
Alenia Penuh Kelimat Topik
"Kalimat topic atau kalimat utama termuat dalam seluruh alenia. Dalam hal ini tidak terdapat kalimat yang khusus yang menjadi kalimat topic. Alenia semacam ini terutama dijumpai dalam uraian-uraian yang bersifat deskriptif atau deduktif.


Contoh Alenia Deduktif-Induktif.

Pagi hari ini aku duduk di bangku panjang dalam taman di belakang rumah. Matahari belum tinggi benar, baru sepenggalah. Sinar matahari pagi menghangatkan badan. Didepanku bermekaran bunga beraneka warna. Kuhirup hawa pagi yang segar sepuas-puasku..

Jenis Alenia Menurut Sifat Isinya

Berdasarkan sifat isinya, alenia dapat digolongkan atas lima macam, yaitu (a) alenia Persuatif, (b) alenia argumentative, (c) alenia naratif, (d) alineia deskriptif, (e) alenia ekspositoris.
Alenia Persuatif

"Alenia persuatif, jika isi alenia mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca" (Lamuddin Finoza, 2004 :161). Paragraf persuatif berisi ajakan kepada pembaca dengan mengemukakan alas an, contoh, dan bukti supaya melakukan ajakan

penulis. Persuatif selalu bertujuan untuk membujuk orang lain, agar melakukan yang kita inginkan.

Menurut Nunung Yuli Eti, Anton Suparyanta, dan M.G. Hesti Puji Rastuti (2005:64), Metode dalam pembentukan alenia persuatif adalah :
Rasionalisasi
Identifikasi
sugesti
Komformitas
Kompensasi
Proyeksi
Penggantian.

Dan bentuk-bentuk dari paragraph persuatif adalah, propaganda, iklan dalam surat kabar, majalah, selebaran, dan kampanye lisan.

Contoh paragraph Persuasi:

MLM (Multi Level Marketing) merupakan salah satu bisnis yang menjanjikan. Bisini ini biasanya brgerak dalam bidang penjualan suatu produk. Produk tersebut dapat berupa suplemen makanan hingga prosuk rumah tangga. Menjadi anggota MLM dapat dilakukan sebagai bisnis sampingan seseorang yang bergabung dalam bisnis tersebut harus pandai memperluan jaringan. Semakin luas jaringan yang diperoleh, semakin besar pula pemasukan yang akan diperoleh. Oleh karena itu, menjadi anggota bisnis MLM memberi keuntungan karena dapat menambah pendapatan. Karena bisnis ini sangat menjanjikan, mari ikut bergabung dalam bisnis MLM ini.
Alenia Argumentatif

"Alenia argumentative, jika isi alenia membahas satu masalah dengan bukti-bukti atau alas an yang mendukung" (Lamuddin Finoza, 2004:161). Agar dapat berargumentasi dengan baik, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1). Berfikir

2). Menjauhkan emosi dan subjektivitas

3). Mampu mencari, mengumpulkan, menilai dan memilih fakta yang sesuai dengan tujuan, serta menghubung-hubungkannya sehingga dapat ditarik kesimpulan yang sukar dibantah kebenarannya.

Bahan argumentasi yang berupa fakta, angka-angka, grafik, pendapat orang, dan sebagainya harus dikaji sungguh-sungguh sehingga dapat memperkuat argument yang dikemukakan.

Contoh alenia argurmentatif :

Menurut data lembaga Oceanologi Indonesia, 46% kondisi terumbu karang di Indonesia rusak berat, 14% kritis, 33% masih lumayan, dan hanya 17% yang kondisinya sangat bagus. Boleh disimpulkan, kerusakan gugusan karang di Indonesia saat ini sudah sangat parah dan mengenaskan.
Alenia Naratif

"Alenia naratif, jika isi alenia menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk cerita" (Lamuddin Finoza, 2004:161). Pada alenia naratif, pengarang berusaha mengisahkan suatu peristiwa sehingga pembaca seolah-olah melihat dan mengalami sendiri peristiwa itu.

Contoh alenia naratif :

Matahari sudah mulai condong ke barat. Aku membuang puntung sigaretku yang kesekian. Kemudian aku berdiri dan menepuk debu celanaku.

"Engkau boleh senyum lega, Jon "kataku kepada makam, "Tati sudah kelas 3 sekarang. Dan aku berjalan menuruni bukit, disambut oleh bocah kecil yang lahir ketika Jon mati. Kepalanya bulat lucu. Dan ia tersenyum juga. Senyum teman yang penuh harapan.

Sumber : "Senyum" dalam Hujan Kepagian, karya Nugroho Notosusanto

Pola pengembangan Alenia naratif menurut Tim Penyusun (2004:35), dibagi menjadi dua, yaitu :
Pola Pengembangan Naratif dengan Titik Pandang

Titik pandang merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagaimana sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan,

latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi maupun non fiksi kepada pembaca. Pada umumnya titik pandang dibedakan atas dua pola utama yaitu :
Titik Pandang (Sudut Pandang) orang pertama
Titik Pandang orang ketiga sebagai pengamat
Titik Pandang orang ketiga sebagai serba tahu
Titik Pandang campuran
Pola Pengembangan Naratif dengan Tehnik (Akibat) Dramatik.

Pengembangan alenia naratif dengan tehnik dramatic disusun mirip dengan pengembangan cerita pada drama. Dalam hal ini pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat, sikap, dan tingkah laku tokoh. Hal ini dilakukan agar pembaca menjadi penasaran terhadap karakter tokoh cerita dan peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Alenia Deskriptif

"Alenia deskriptif, jika isi alenia melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa" (Lamuddin Finoza, 2004:161).

"Deskriptif merupakan jenis karangan yang isinya memberikan, melukiskan, atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengalaman semua panca indera" (Tim Penyusun, 2004:35).

Alenia Deskriptif dapat dikembangkan dengan pola :
Pola Pengembangan Observasi
Pola Pengembangan Fokus
Pola Pengambangan Seleksi

Contoh alenia deskriptif :

Gadis itu sedang berjalan-jalan seorang diri di tepi pantai Parangtritis. Baju berwarna biru laut dan rok hitam bersulamkan benang sutera menambah keanggunannya. Wajahnya yang putih bersih berubah menjadi kemerah-merahan terkena sengatan matahari pada sore hari. Matanya bersinar-sinar sunset sore itu. Rambutnya yang panjang terjuntai kebelakang melambai-lambai tertiup angina pantai. Bentuk badannya yang bagus itu semakin molek dengan pakaiannya yang sederhana.
Alenia Ekspositoris

"Alenia ekspositas, jika isi alenia memaparkan sesuatu fakta atau kejadian tertentu" (Lamuddin Finoza, 2004:161).

"Paragraf eksposisi atau paparan ialah kerangan yang memberikan penjelasan kepada pembaca mengenai ide atau keyakinan yang disertai dengan gambar, denah, fakta, atau yang lain agar pembaca lebih jelas" (Tim Penyusun, 2004:81).

Contoh alenia Ekspositoris :

Rumah temanku terbentuk limas an. Berukuran panjang 11 meter dan lebar 9 meter. Ruma dibangun diatas tanah seluas 33o m2. Atapnya bergenting biasa, dindingnya dibuat dari tembok, dan lantainya dari keramik. Rumah ini terdiri atas lima kamar dengan perincian kamar tamu, kamar keluarga, dan tiga kamar tidur, sedangkan kamar mandi, water closed, dan dapur berada di luar rumah pokok. Ketiga kamar ini dihubungkan oleh pintu dari kamar keluarga sehingga kelihatannya berada diluar. Tetapi berdampingan.

Jenis Alenia Menurut Fungsinya Dalam Karangan

Berdasarkan fungsinya, alenia dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu (a) alenia pembuka, (b) alenia pengembang, dan (c) alenia penutup.
Alenia Pembuka

Isi alenia pembuka bertujuan mengutarakan suatu aspek pokok pembicaraan dalam karangan. Sebagai bagian yang mengawali sebuah karangan, alenia pembuka harus dapat difungsikan untuk :
Menghantarkan pokok pembicaraan;
Menarik minat dan perhatian pembaca;
Menyiapkan atau menata pikiran pembaca untuk mengetahui isi seluruh karangan.
Alenia Pengembang

Alenia ini bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan didalam alenia pembuka. Alenia pengembang berfungsi untuk :
Mengemukakan inti persoalah;
Memberi ilustrasi atau contoh;
Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada alenia berikutnya;
Meringkas alenia sebelumnya;
Mempersiapkan dasar atau landasan bagi simpulan.
Alenia Penutup

Alenia penutup adalah alenia yang dimaksudkan untuk mengakhiri sebuah karangan. Penyajian alenia penutup harus memperhatikan hal berikut ini.
Sebagai bagian penutup, alenia ini tidak boleh terlalu panjang.
Isi alenia harus berisi simpulan sementara atau akhir, sebagai cerminan inti seluruh uraian.
Hendaknya alenia menimbulkan kesan yang dalam bagi pembacanya.


Pengembangan Alenia

Untuk mengembangkan sebuah alenia, baik untuk memperinci gagasan utama, maupun untuk mengurutkan perincian-perincian itu dengan teratur, dikembangkjan bermacam-macam metode pengembangan. Di bawah ini akan diuraikan beberapa metode pengembanghan sesuai dengan dasar pembentukan alenia tersebut.
Metode Definisi

Yang dimaksud dengan definisi adalah usaha penulis untuk menerangkan pengertian/konsep istilah tertentu. Dalam membuat definisi kita tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita definisikan dalam teks definisi itu. Misal, membuat definisi kebudayaan tidak boleh sebagai berikut : "Yang dimaksud kebudayaan adalah kebudayaan …."



Metode Proses

Sebuah alenia dikatakan memakai metode proses apabila isis alenia menguraikan suatu proses. Untuk menyusun sebuah proses, pertama-tama penulis harus mengetahui perincian-perincian secara menyeluruh. Kedua, ia ahrus mengimbangi proses tersebut atas tahap-tahap kejadiannya. Ketiga, penulis harus menjelaskan tiap tahap dalam detail yang cukup tegas sehingga pembaca dapat melihat seluruh proses dengan jelas.

Singkatnya prose situ menyangkut jawaban atau pertanyaan : Bagaimana mengerjakan hal itu ? Bagaimana bekerjanya ? Bagaimana barang itu disusun ? dan, Bagaimana hal itu terjadi?
Metode Contoh

Dalam karangan ilmiah, contoh dan ilustrasi selalu ditampilkan. Contoh-contoh terurai, lebih-lebih memerlukan penjelasan rinci tentu harus disusun berbentuk alenia. Harus diingat bahwa sebuah contoh sama sekali tidak berfungsi untuk membuktikan pendapat seseorang, tetapi dipakai sekedar untuk menjelaskan maksud penulis. Dalam hal ini pengalaman sangat efektif untuk setiap pengarang.
Metode Sebab Akibat

Metode sebab-akibat atau akibat sebab (Kausalitas)_ dipakai untuk menerangkan suatu kejadian dan akibat yang ditimbulkan. Dalam hal ini sebab dapat berfungsi sebagai pikiran utama dan akibat sebagai pikiran penjelas, dan dapat pula sebaliknya. Faktor yang terpenting dalam metode kausalitas ini adalah kejelasan dan kelogisan.
Metode Umum-Khusus

Metode umum-khusus dan umum-khusus paling banyak dipakai untuk mengembangkan gagasan alenia agar tampak teratur. Metode inilah paling banyak dipakai dalam karangan ilmiah dan tulisan ekspositoris seperti artikel dalam media massa.

Metode Klasifikasi

Bila kita akan mengelompokkan benda-benda atau non benda yang memilikipersamaan cirri seperti sifat bentuk, ukuran, dan lain-lain, cara yang paling tepat adalah dengan metode klasifikasi. Setelah dikelompokkan, lalu dianalisis untuk mendapatkan generalisasi, atau paling tidak untuk diperbandingkan atau dipertentangkan satu sama lain.

Membetulkan dan mengektifkan kalimat

Untuk dapat membetulkan sesuatu, kita harus mengetahui dengan tepat letak kesalahan terlebih dahulu. Tanpa mengetahui letak kesalahannya, suatu pembetulan mungkin justru menyebabkan kesalahan atau kerusakan yang lebih parah dari sebelumnya. Demikian pula dalam pembetulan suatu kalimat. Kesalahan penyimpangan dari aturan yang benar atau betul. Pada garis besarnya kesalahan itu dapat dibedakan menjadi kesalahan ejaan (termasuk di dalamnya kesalahan tanda baca) dan kesalahan tata bahasa. Selanjutnya perlu dibedakan antara kalimat yang salah dan kalimat yang kurang efektif. Suatu kesalahan memang bisa saja memang bisa mengakibatkan tuturan yang bersangkutan kurang efektif, namun ada juga tuturan yang dari sudut tata bahasa tidak salah, tetapi juga kurang efektif. Sudah barang tentu dalam karang–mengarang, bentuk–bentuk tuturan yang kurang efektif itu harus diubah agar menjadi efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat ditangkap dan mudah dipahami oleh pembaca, menghayati masing- masing tuturan itu. Keterpahaman inilah yang menjadi salah satu kriteria kalimat efektif. Kriteria lain adalah kelaziman. Pemakaian kata, susunan frasa dan kalimat tertentu dipandang lazim dalam ragam bahasa tertentu, namun belum tentu lazim dalam ragam bahasa lain. Dalam karangan keilmuan sudah barang tentu diharapkan memakai kata, susunan frasa dan kalimat yang lazim dalam ragam bahasa keilmuan.

Sabtu, 30 Oktober 2010

Pembentukan Kata-kata Bahasa Indonesia

Ada banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Untuk memahami cara pembentukan kata-kata tersebut kita sebaiknya mengetahui lebih dahulu beberapa konsep dasar dan istilah seperti yang dijelaskan di bawah ini. Untuk mempersingkat dan memperjelas pembahasannya, kami menggunakan kata-kata yang tidak bersifat gramatikal atau teknis untuk menjelaskan kata-kata tersebut sebanyak mungkin. Kami tidak membahas tentang infiks (sisipan yang jarang digunakan), reduplikasi dan kata-kata majemuk yang berafiks.

Definisi Istilah

kata dasar (akar kata) = kata yang paling sederhana yang belum memiliki imbuhan, juga dapat dikelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk dasar (kompleks), tetapi perbedaan kedua bentuk ini tidak dibahas di sini.

afiks (imbuhan) = satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila ditambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. Istilah afiks termasuk prefiks, sufiks dan konfiks.

prefiks (awalan) = afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.

sufiks (akhiran) = afiks (imbuhan) yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.

konfiks (sirkumfiks / simulfiks) = secara simultan (bersamaan), satu afiks melekat di depan kata dasar dan satu afiks melekat di belakang kata dasar yang bersama-sama mendukung satu fungsi.

kata turunan (kata jadian) = kata baru yang diturunkan dari kata dasar yang mendapat imbuhan.

keluarga kata dasar = kelompok kata turunan yang semuanya berasal dari satu kata dasar dan memiliki afiks yang berbeda.

Afiks Bahasa Indonesia yang Umum

prefiks: ber-, di-, ke-, me-, meng-, mem-, meny-, pe-, pem-, peng-, peny-, per-, se-, ter-

sufiks: -an, -kan, -i, -pun, -lah, -kah, -nya

konfiks: ke - an, ber - an, pe - an, peng - an, peny - an, pem - an, per - an, se - nya


Penggunaan Afiks

Mempelajari proses pembentukan kata-kata dan metode pembubuhan afiks merupakan kunci untuk memahami makna kata-kata turunan dan belajar membaca teks Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata yang terdapat dalam surat kabar dan majalah Indonesia berafiks. Jika seseorang mengerti makna kata dasar, ia dapat mengerti makna sebagian besar kata yang berasal (diturunkan) dari kata dasar itu dengan menggunakan kaidah umum untuk masing-masing jenis afiks.

Jika kita dapat menerima sedikit kekeliruan dalam penggunaan afiks, kita dapat menyederhanakan pembahasan tentang afiks (imbuhan). Dalam mengklasifikasikan jenis kata (nomina, verba, adjektiva, dan lain-lain) kami menggunakan kaidah pengklasifikasian kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi Kedua - 1991) yang disusun dan diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia. Penjelasan di bawah adalah untuk menguraikan hasil penambahan afiks (imbuhan) kepada kata dasar, bukan untuk menjelaskan bilamana afiks digunakan. Dalam kamus ini tidak diuraikan tentang asal kata dasar (etimologi). Perlu diperhatikan bahwa penjelasan di bawah ini lebih berhubungan dengan perbuatan (aksi) dalam suatu kalimat - siapa yang melakukan aksi itu, hasil perbuatan, arah perbuatan atau tindakan dan apakah tindakan itu merupakan fokus utama dalam kalimat atau bukan.

Penggunaan Tanda Baca Dalam Ejaan Bahasa Indonesia

TITIK
Titik atau perhentian akhir biasanya dilambangkan dengan (.). Tanda ini lazimnya dipakai untuk :
1.Menyatakan akhir dari sebuah tutur atau kalimat.
Contoh:
Bapak sudah pergi ke kantor.
Tidak ada yang perlu ditakuti.
Ada kalangan yang menganggap cara dramatik itu sebagai cara yang terbaik.

Karena kalimat tanya dan kalimat perintah atau seru mengandung pula pengertian perhentian akhir, yaitu berakhirnya tutur, maka tanda tannya dan tanda seru yang digunakan dalam kalimat-kalimat tersebut selalu mengandung sebuah tanda titik.
Contoh:
Kamu sudah mendengar berita itu?
Apa yang diinginkan?
Pergilah dari sini!
Aduh, sialnya nasibku!

2.Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan singkatan kata atau ungkapan yang sudah lazim. Pada singkatan kata yang sudah terdiri dari tiga huruf atau lebih yang dipakai satu titik.
Contoh:
a.n. (atas nama)
Dr. (Dokter)
d.a. (dengan alamat)
Ir. (Insinyur)

u.b (untuk beliau)
Kol. (Kolonel)
dkk. (dan kawan-kawan)
M.Sc. (Master of Science)
dll. (dan lain-lain)
S.H. (Sarjana Hukum)
dst. (dan seterusnya)
Drs.(Doktorandus)
tsb. (tersebut)
M.A.(Master of arts)
Yth. (yang terhormat)

Semua singkata kata yang menggunakan inisial atau akronim tidak menggunakan titik : DPR, MPR, ABRI, Hankam, Kopkamtib, ampera, Lemhanas, dsb.

3.Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang menunjukkan jumlah; juga dipakai untuk memisahkan angka jam, menit dan titik .
Contoh:
1.000
123.000
154.375.000
pukul 5.45.42 (pukul lima 45 menit 42 detik)

KOMA
Koma atau perhentian antara yang menunjukkan suara menarik ditengah-tengah tutur, biasanya dilambangkan dengan tanda (,). Disamping untuk menyatakan perhentian antara (dalam kalimat), koma juga dipakai untuk beberapa tujuan tertentu.
Dalam hal-hal berikut dapat digunakan tanda koma :
1. Untuk memisahkan bagian-bagian kalimat, antara kalimat setara yang menyatakan pertentangan, antara anak kalimat dan induk kalimat, dan antara anak kalimat dan anak kalimat.
Contoh:
Ia sudah berusaha sekuat tenaga, tetapi maksudnya tidak tercapai.
Mereka bukan mengerjakan apa yang diperintahkan, melainkan bermalas-malasan.
Nenek mengatakan dengan bangga, bahwa mereka adalah keturunan petani yang kuat-kuat, yang pantang mengalah dengan raksasa alam, dan tidak lupa beliau bercerita tentang tanggul sungai yang arsiteknya beliau rencanakan sendiri.

Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa dalam usaha penyempurnaan ejaan bahasa Indonesia, lebih dahulu harus ditentukan secara deskriptif tata fonem bahasa Indonesia sebelum dilakukan pemilihan huruf bagi fonem-fonemnya.

2.Koma digunakan untuk menandai suatu bentuk parentetis (keterangan-keterangan tambahan yang biasanya ditempatkan juga dalam kurung) dan unsur-unsur yang tak restriktif :
Contoh:
Pertama, tulislah nama saudara diatas kertas itu.
Kedatangannya, seperti yang diinginkan dari dulu, tidak disambut dengan upacara besar-besaran.

3.Tanda koma digunaka untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat mendahului induk kalimatnya, atau untuk memisahkan induk kalimat dengan sebuah bagian pengantar yang terletak sebelum induk kalimat.
Contoh:
Bila hujan behenti, ia akan mulai menanami sawahnya.
Karena marah, ia meninggalkan kami.
Sebagai pembuka acara ini, kami persilahkan hadirin berdiri untuk menyanyikan lagu kebangsaan.

4.Koma digunakan untuk menceraikan kata yang disebut berturut-turut :
Contoh:
Ia membeli seekor ayam, dua ekor kambing, dan lima puluh kilo gula sebagai oleh-oleh untuk orang tuanya.
Realita kehidupan penuh kaidah, aturan-aturan, ukuran-ukuran, dan hukum-hukum yang memberikan arti pada keselarasan hidup itu sendiri.

5.Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan transisi yang terdapat pada awal kalimat, misalnya : jadi, oleh karena itu, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi, disamping itu, dlsb.
Contoh:
Biarpun demikian, pelajar-pelajar yang berkualitas baik tidak sepenuhnya tertampung dalam universitas-universitas.
Oleh karena itu, sudah tibalah waktunya bagi kita untuk menata kembali kehidupan di kampus ini.

6.Koma selalu digunakan untuk menghindari salah baca atau keragu-raguan.
Contoh:
Meragukan : Diluar rumah kelihatan suram.
J e l a s : diluar, rumah kelihatan suram.
J e l a s : diluar rumah, kelihatan suram.

7.Koma dipakai untuk menandakan seseorang yang diajak bicara.
Contoh:
Saya mendoakan, Yanto, agar engkau selalu berhasil dalam usahamu.
Saya setuju, saudara.

8.Koma dipakai juga untuk memisahkan aposisi dari kata yang diterangkan.
Contoh:
Jendral Sudirman, Pemimpin Tertinggi Tentara Indonesia, dengan sekuat tenaga berusaha untuk menyelamatkan rakyat Indonesia.
Orang tuanya, Pak Amin, telah meninggal dunia tadi malam.

9.Koma dipakai untuk memisahkan kata-kata afektif seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, dari bagian kalimat lainnya.
Contoh:
Aduh, betapa sedihnya nasibnya.
Wah, sungguh hebat hasil yang mereka capai.
O begitu, kami baru mengerti sekarang.

10.Tanda koma dipakai untuk memisahkan sebuah ucapan langsung dari bagian kalimat lainnya.
Contoh:
Kata ayah, “Saya akan mengurus sendiri persoalan ini”.

11.Koma digunakan juga untuk beberapa maksud berikut:
a. Memisahkan nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan tinggal.
b. Menceraikan bagian nama yang dibalikkan (untuk referensi, misalnya).
c. Memisahkan nama keluarga dari gelar akademik.
d. Untuk menyatakan angka desimal.

Contoh :
Bila anda ingin menyurati saya, harap dialamatkan ke : Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jln. Dasksinapati , Rawamangun, Jakarta.
Mulyana, Slamet ( namanya sebetulnya Slamet Mulyono )
A.k.Pardede,as.as.,M..A.
Tanah ini panjangnya 25,50m

Definisi/Pengertian Bahasa, Ragam dan Fungsi Bahasa - Pelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya.

Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya.

Fungsi Bahasa Dalam Masyarakat :
1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.
2. Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.
3. Alat untuk mengidentifikasi diri.

Macam-Macam dan Jenis-Jenis Ragam / Keragaman Bahasa :
1. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik, dsb.
2. Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden Soeharto, gaya bahasa benyamin s, dan lain sebagainya.
3. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti dialek bahasa madura, dialek bahasa medan, dialek bahasa sunda, dialek bahasa bali, dialek bahasa jawa, dan lain sebagainya.
4. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.
5. Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.
6. Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal (baku) dan informal (tidak baku).

Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau / silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara / target komunikasi.